• Facebook Rocks

    Go to Blogger edit html and replace these slide 1 description with your own words. ...

  • Facebook vs Twitter

    Go to Blogger edit html and replace these slide 2 description with your own words. ...

  • Facebook Marketing

    Go to Blogger edit html and replace these slide 3 description with your own words. ...

  • Facebook and Google

    Go to Blogger edit html and replace these slide 4 description with your own words. ...

  • Facebook Tips

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

Menetapkan Strategi Evaluasi Belajar Mengajar


Tujuan akhir dari tindakan evaluasi, serta bagaimana mengembangkan dan memilih instrumennya yang memenuhi syarat telah kita bahas dalam unit-unit terdahulu. Yang menjadi persoalan sekarang, kapan pengukuran dan evaluasi itu dilakukan, serta bagaimana menafsirkan hasilnya bagi pengambilan keputusan dan tindak lanjutnya.
a. Beberapa Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar
Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.
Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.
Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.
Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Pengguanaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensif.
b. Beberapa Cara untuk Menginterprestasikan Hasil Penilaian
Untuk dapat menafsirkan hasil penilaian dari evaluasi yang dilaksanakan, kita perlu patokan atau ukuran baku atau norma. Dalam evaluasi, kita mengenal dua norma yang lazim dipergunakan untuk menumbang taraf keberhasilan belajar-menagjar, yaitu apa yang disebut (1) criterion referenced dan (2) norm referenced, seperti telah disinggung di atas.
Criterion referenced evaluation ( PAP = Penilaian Acuan Patokan ) merupakan cara mempertimbangkan taraf keberhasilan siswa dengan memperbandingkan prestasi yang dicapainya dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu (preestabilished criterion).
Norm referenced evaluation ( PAN = Penilaian Acua Norma) merupakan cara memertimbangkan taraf keberhasilan belajar siswa, dengan jalan memperbandingkan prestasi individual siswa dengan rata-rata prestasi temannya, lazimnya kelompoknya.
Atas dasar kedua norma itulah seseorang dinyatakan lulus atau tidak lulus, atau berhasil atau tidak berhasil (pass-fail). Norma kelulusan itu biasanya disebut batas lulus (passing grade).
Dalam criterion referenced evaluation ( PAP ) angka batas lulus itu lazimnya dipergunakan angka nilai 6 dalam skala 10 atau 60 dalam skala 100, atau 2+ slaam skala -4, atau C dalam skala A-E. adapaun filosofi yang melandasi sistem penilaian ini ialah teory mastery learning, dimana seseorang dapat dianggap memenuhi syarat kecakapannya (qualified) kalau menguasai minimal 60% dari hasil yang diharapkan. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia persayaratan ini dikenakan terutama terhadap mata pelajaran dasar yang penting yaitu PMP, agama, bahasa Indonesia dan sebaginya, yang berarti bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat mengutamakan pembinaan warga negara yang baik, beragama dan berdasarkan kebudayaan bangsanya.
Dalam norm referenced evaluation ( PAN ), norma itu dapat dipergunakan dengan berbagai cara, misalnya (1) ukuran rata-rata prestasi kelompoknya, (2) ukuran penyebaran nilai prestasi kelasnya, dan (3) ukuran penyimpangan dari ukuran rata-rata prestasi kelompoknya (mean,range, and standard deviation).
1) Beberapa model ukuran rata-rata prestasi kelompok
a) Mean (ukuran rata-rata hitung), dapat dicari dengan jalan membagi jumlah nilai dari seluruh anggota kelompok (∑ fxi) dengan jumlah anggota kelompok yang bersangkutan (N). yang dinyatakan dengan formula
Kalau dalam kurikulumnya diadakan sistem pembobotan (weighing) seperti dengan menggunakan sistem kredit (SKS), sebelum dijumlahkan, setiap nilai henndaknya dikaitkan dahulu dengan bobotnya (W).

b) Median ialah suatu titik yang membagi dua ( 50% di atas dan 50% di bawah) dari keseluruhan jumlah anggota kelompok. Angka titik tengah ini dapat diperoleh dengan jalan menambahkan angka 1 pada jumlah seluruh peserta (N), kemudian dibagi 2.
c) Mode ialah hasil suatu klarifikasi nilai yang sama yang paling banyak anggota yang memperoleh nilai tersebut atau frekuensinya (f).
Dengan diketahuinya ukuran rata-rata ini, kita dapat membandingkan apakah nilai yang dicapai oleh seseorang itu mendekati atau sangat jauh di bawah atau di atas nilai rata-rata tersebut.
2) Beberapa model ukuran penyebaran (distribusi angka nilai prestais kelompok)
a) Range ialah jarak rentangan antara score tertinggi (maksimum) dan nilai score terendah (minimum).
Range diperoleh dengan formula :
Rentangan = nilai tertinggi – nilai terendah
Range = maximum score – minimum score
b) Centile ialah suatu titik yang menunjukkan berapa persen dari keseluruhan jumlah anggota kelompok tersebut. Misalna, yang berada di bawah quartil pertama (Q1) menunjukkan bahwa 25% dari keseluruhan anggota kelompok di bawah angka atau titik tersebut. Biasanya sebagai patokan-patokan penyebaran digunakan Q1, Q2, Q3. Berapa banyaknya anggota kelompok yang termasuk ke dalam quartil yang bersangkutan,
3) Beberapa model penyimpangan dari ukuran rata-rata hitung
a) Average Deviation ( AD ), deviasi rata-rata,
b) Standard Deviation ( SD ), .

0 komentar:

Posting Komentar