• Facebook Rocks

    Go to Blogger edit html and replace these slide 1 description with your own words. ...

  • Facebook vs Twitter

    Go to Blogger edit html and replace these slide 2 description with your own words. ...

  • Facebook Marketing

    Go to Blogger edit html and replace these slide 3 description with your own words. ...

  • Facebook and Google

    Go to Blogger edit html and replace these slide 4 description with your own words. ...

  • Facebook Tips

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

Tuan Guru Bajang, Antara Gelar, Trust dan Keteladanan

Tuan guru dalam bahasa sasak (Lombok) dimaknakan sebagai orang yang alim, yang memiliki pemahaman agama yang lebih dari pada manusia pada umumnya. Yang selalu menjadi panutan bagi masyarakat Lombok. Tuan guru sendiri memiliki kesamaan makna dengan Kyai di daerah jawa atau “buya” bagi orang Sumatra. “Bajang” secara harfiahnya berarti ‘muda dan tentu saja enerjik”. Jadi tuan guru bajang berarti tuan guru yang memiliki pemahaman keilmuan agama yang disegani dan tentu saja masih muda.
Di daerah penulis (Lombok) nama tuan guru bernilai sacral, gelar yang tidak mudah didapatkan oleh seseorang kecuali ia memiliki kualitas keilmuan(ilmu agama) yang mumpuni. Gelar tuan guru merupakan penghargaan tertinggi dari masyarakat yang menurut bahasa salah seorang ulama dari Lombok (tuan guru kyai haji Muhammad zainuddin abdul madjid) menyebut “penghargaan” tersebut dengan “ijazah masyarakat”. Ketika seseorang sudah digelari dengan “tuan guru” itu berarti orang tersebut sudah layak di dengar dan diikuti dan selalu dinilai identik dengan “kebenaran”.
Tuan guru bajang. Dalam kekinian terlihat sebagai sosok muda kelahiran pancor, Lombok timur nusa tenggara barat. Yang karena keluasan ilmunya mendapatkan gelar summa cum laude (gelar yang mungkin hanya segelintir orang yang mampu meraihnya) dari alamamaternya di negeri “mesir” sana. Yang karena keluasan ilmunya kemudian di gelari dengan nama “Tuan guru bajang” oleh masyarakat; tanpa dipaksakan, tanpa dibayar, tanpa di doktrin oleh yang bersangkutan karena mereka menilai dengan mata kepala mereka sendiri. Yang karena keluasan ilmunya kemudian diamanahkan untuk menjadi pemimpin di negeri BUMIGORA.
Tuan guru sejatinya tidak hanya gelar yang disematkan tetapi juga berbicara persoalan trust (kepercayaan) dan keteladanan. Bagaimana seorang tuan guru mampu memberikan pelajaran dan pemahaman yang benar kepada khalayak, tidak justru sebaliknya. Karenanya, sebutan “tuan guru bajang” biarlah lahir dari pikiran tulus masyarakat atas dasar apa yang mereka dengar dan saksikan karena bagaimanapun masyarakat dengan pikiran sederhananya tidak memiliki kepentingan diluar keinginan mereka hanya sekedar menjadi jamaah yang ingin selamat.Tuan guru bajang sejatinya tidak menjadi penanda bahwa yang bersangkutan berhak menyampaikan apa saja, berhak di dengarkan, dan berhak memutuskan apapun meski itu menyimpang dari kebenaran, berhak untuk diikuti oleh masyarakat awam meski itu salah….
makna sakral tuan guru sepertinya harus dikembalikan..
Sebagai ijazah masyarakat, karena kepercayaan dan keteladanan yang dimilikinya

(sumber: Kompasiana)

Siswa SLB Diarahkan Berwirausaha

Depok --- Guru dan instruktur Sekolah Luar Biasa (SLB) diminta untuk mengarahkan siswanya  berwirausaha. Hal tersebut dinilai penting dikarenakan saat ini baru sebagian kecil dari mereka yang berkesempatan untuk bekerja di tempat formal. Demikian disampaikan Mudjito,Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, (PKLK) Pendidikan Dasar Kemdikbud, usai membuka kegiatan sertifikasi keterampilan khusus, di Gedung P4TK Bisnis dan Pariwisata, Depok Jawa Barat, Sabtu (7/7).
“Tujuannya adalah untuk memandirikan anak-anak berkebutuhan khusus,” ujarnya. Di negara-negara maju, kata Mudjito, ada kecenderungan bagi perusahaan-perusahaan untuk menggunakan anak-anak autis untuk mengerjakan kegiatan yang berulang. Dan di beberapa negara lain, mereka menggunakan anak-anak yang cepat bosan untuk menginovasi tempat-tempat baru. “Pelatihan ini membuka peluang untuk kesempatan-kesempatan baru. Mindsetnya harus diubah,” katanya.
Mudjito menjelaskan, saat ini telah berdiri 33 sentra besar untuk pendidikan dan latihan guru-guru yang mendidik anak berkebutuhan khusus. Setiap provinsi memiliki satu sentra besar. Dan untuk subsentra, setidaknya ada 106 subsentra yang telah berdiri. “Mereka dibekali dengan berbagai jenis keterampilan, tapi tidak selalu puas dengan hasil yang dicapai,” tuturnya.
Tidak mudah bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk masuk ke masyarakat dan terima di dunia industri. Dan sebagai pihak yang bertanggung jawab pada pendidikan mereka, Kemdikbud meyakini anak-anak tersebut tidak boleh dibuat tergantung pada orang lain. Dengan segala keterbatasannya, mereka bisa membuka bidang usaha. “Mereka lebih baik diberi pengetahuan dan kecakapan enterpreneurship,” katanya.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Kemdikbud menggandeng perusahaan Ciputra untuk mencari konsep yang pas bagi anak berkebutuhan khusus dalam berwirausaha. Meskipun bidang ini baru dilakoni Ciputra, namun mereka antusias untuk bekerja sama. Hal tersebut diungkapkan oleh perwakilan Ciputra, Albertus, yang ikut hadir dalam pembukaan kegiatan. “Kita bekerja sama dengan Kemdikbud fokus untuk difable. Dengan adanya kerja sama ini, akan menciptakan enterpreneur yang kreatif dan inovatif,” pungkasnya. (AR)

(sumber: http://www.kemdiknas.go.id)

Tak Ada Lagi Dikotomi PAUD Formal dan Nonformal

BANDUNG, Perubahan numenklatur struktur Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Ditjen PNFI) menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) membawa pengaruh membesarnya cakupan garapan, termasuk di dalamnya dengan bergabungnya TK (taman kanak-kanak) dalam satu payung.

Itu berarti tidak ada lagi dikotomi PAUD formal dan PAUD informal. Jadi, sekarang ini keduanya satu payung dibawah Direktorat Pembinaan PAUD. Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat sehingga di lapangan semuanya paham. Ini menjadi tugas kita bersama termasuk organisasi mitra Ditjen PAUDNI,� tegas Sekretaris Ditjen PAUDNI, Gutama saat membuka Rakor PAUDNI dengan Mitra Ditjen PAUDNI di Bandung, Senin (25/7).

Dalam kesempatan itu, dia meminta organisasi mitra yang terdiri atas tim penggerak PKK, Kowani, GOPTKI, Aisyiah, Muslimat NU, Himpaudi, Badan Koordinasi Organisasi Wanita, IGTKI, Himpunan Penyelenggara Kursus dan Pelatihan Indonesia dan unsur dinas pendidikan, yang diwakili Kabid Pendidikan Nonformal dan Informal, turut mensosialisasikan perubahan numenklatur tersebut sehingga tidak ada kasalahpahaman di masyarakat.

Menurut Gutama, kebijakan dan program Ditjen PAUDNI sebagus apapun tanpa bantuan organisasi mitra tidak akan berarti apa-apa, tidak akan berjalan sesuai harapan bila tidak dibantu masyarakat atau stake holdernya.

Karena itu, kami berharap tim penggerak PKK, Kowani, GOPTKI, Aisyiah, Muslimat NU, Himpaudi, Badan Koordinasi Organisasi Wanita, IGTKI, Himpunan Penyelenggara Kursus dan Pelatihan Indonesia dan instansi atau lembaga lain yang selama ini telah bekerjasama dengan Ditjen PAUDNI, tetap konsisten membantu mengimplementasikan program-program PAUDNI. Sebab, organisasi mitra Ditjen PAUDNI ujung tombak di lapangan,� tandasnya.

Sesditjen PAUDNI mengemukakan, seiring dengan bergabungnya TK PAUD ke depan PAUD lebih dikembang lagi. Jadi, di lapangan masyarakat yang memiliki PAUD kalau bisa mengembangkan TK. Begitu juga sebaliknya, bagi masyarakat yang sudah mendirikan TK dikembangkan lagi dengan menyelenggarakan Kelompok Bermain (KB), TPA (Taman Penitipan Anak) dan Satuan PAUD Sejenis yang jumlahnya sangat beragam.

Pemerintah menargetkan angka partisipasi kasar (APK) PAUD pada 2015 mendatang diharapkan mencapai 75 persen. Target atau sasaran tersebut dapat tercapai bila ada dukungan dari masyarakat, yaitu organisasi mitra dan dinas pendidikan setempat. Apalagi, pemerintah juga menargetkan tepat 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, PAUD ini menjadi potensi. Sebab, anak PAUD sekarang pada tahun tersebut akan menjadi generasi di masa depan, generasi yang andal,� tegasnya.

Karena itu, tambah Sesditjen PAUDNI, Gutama, pemerintah saat ini memberikan berbagai terobosan tidak saja peserta didik yang menjadi garapan, tapi juga orangtua yang memiliki anak PAUD. �Kita bidik dengan program parenting. Jadi, orangtua anak PAUD juga kita didik bagaimana mendidik anak yang benar,� paparnya.

Jadi, ujarnya, orangtua khususnya kaum ibu bukan saja pendidik pertama, tapi juga pendidik utama dalam keluarga. Karena itu, peran ibu sangat besar dan menentukan generasi kita di masa mendatang. Peran ibu juga sangat penting dan berat mengingat saat ini tantangan di lingkungan keluarga begitu banyak. Mulai dari siaran televisi, buku cabul, CD porno dan situs yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu, ibu jangan sampai kecolongan.

Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Sesditjen PAUDNI, I Gde Panca mengemukakan, secara umum pencapaian target nasional program di lingkungan Ditjen PAUDNI menunjukan kemajuan yang cukup baik.

Hal itu dapat dilihat dari indikasi menurunnya angka buta aksara bagi penduduk berusia di atas 15 tahun, tertampungnya lulusan program kecakapan hidup di dunia kerja, meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUDNI yang berkualifikasi pendidikan, meningkatnya kepedulian gender dalam lingkungan pendidikan, ujarnya.(mulia)

(sumber: http://www.itjen.depdiknas.go.id)

METODE PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Penulisan mengenai metode di bawah ini tidak mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi dilakukan secara acak. Diungkapkan pula kapan baiknya metode tersebut dilaksanakan serta keunggulan dan kekurangan metode tersebut.
Sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, maka seorang pengajar perlu memperhatikan beberapa pertimbangan berikut :

a. Tujuan pembelajaran.
Pertimbangan ini merupakan syarat mutlak dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Sebagai contoh, seorang guru kesenian menetapkan cara memainkan alat musik dengan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu adalah metode ceramah, dimana diterangkan bagian-bagian dari masing-masing alat musik dan cara penggunaannya. Kemudian metode demonstrasi, siswa dapat mendemonstrasikan cara memainkan suatu alat musik dengan benar, selanjutnya metode pembagian tugas, siswa kita tugasi, bagaimana memegang gitar, bass, drum, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan memainkan suatu lagu dengan baik dan benar.

b. Pengetahuan awal siswa
Metode yang akan kita gunakan tergantung pada pengetahuan awal yang dimiliki para siswa. Jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri. Metode yang dapat digunakan hanyalah ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, praktikum, bermain peran, dan lain-lain.

c. Bidang studi/pokok bahasan/aspek
Pada SLTP dan Sekolah Menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. (1) program pendidikan umum (kognitif), (2) program pendidikan akademik, dan (3) pendidikan keterampilan (psikomotorik). Maka metode yang akan kita gunakan lebih berorientasi pada masing-masang ranah diatas yang terdapat dalam pokok bahasan/aspek.

d. Alokasi waktu dan sarana penunjang
Dalam satu jam pelajaran, kita perlu membagi waktu yang akan dipergunakan oleh masing-masing metode. Misalnya, pelajaran Kimia, metode yang akan dipakai adalah praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita gunakan. Metode ceramah sangat perlu untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan, dengan alokasi waktu sekian menit. Kemudian memungkinkan metode diskusi, karena dari hasil praktikum, siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecahkan problem yang dihadapi.

e. Jumlah siswa
Idealnya metode yang diterapkan melalui pertimbangan rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif. Dalam kelas yang besar dan siswa yang banyak, metode ceramah yang lebih efektif, akan tetapi yang perlu diingat bahwa metode ceramah memiliki banyak kelemahan.

f. Pengalaman dan kewibawaan pengajar.
Pengalaman akan membuat seorang pengajar dapat menentukan dengan tepat metode mana yang akan dipergunakan. Kewibawaan merupakan kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak karena guru akan berhadapan dan mengelola siswa dengan latar belakang yang berbeda beda.

Indonesia - Selandia Baru Kerja Sama Eksplorasi Geotermal

Yogyakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjalin kerja sama bilateral dengan Selandia Baru dalam eksplorasi geotermal. Geotermal terbesar di dunia bersumber dari Indonesia. Namun sumber yang besar tersebut baru lima persen digunakan. Demikian diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, saat konferensi pers penutupan East Asia Meeting di Yogyakarta, Kamis (5/07).
Mendikbud mengatakan, Selandia Baru memiliki teknologi yang bagus di bidang geotermal. Kolaborasi kedua negara ini diharapkan akan mengoptimalkan geotermal sebagai pengganti sumber energi bahan bakar. "Jika telah dieksplor bisa menjadi sumber energi, jadi tidak diperlukan lagi bahan bakar," katanya.
Diakui Mendikbud, investasi awal untuk eksplorasi geotermal sangat besar. Namun, biaya investasi tersebut sebanding dengan nilai yang diperoleh jika penelitian dan eksplorasi geotermal ini berhasil. "Biaya investasinya sangat besar, tapi nanti untuk operasionalnya akan jauh lebih hemat. Karena tidak lagi menggunakan bahan bakar," terangnya.
Untuk melakukan kerja sama ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) diberi amanat untuk melakukan penelitian. Kerja sama Indonesia dan Selandia Baru ini sudah mulai dijalankan. "Tadi pagi, Saya bersama Rektor ITB dan ITS sudah melakukan pembicaraan bilateral dengan pemerintah Selandia Baru," katanya. (AR)

(sumber: http://tve.kemdikbud.go.id/index.php/info/3-newsflash/408-indonesia-selandia-baru-kerja-sama-eksplorasi-geotermal)

Metode Memahami Buku Secara Efektif

Membaca buku tak cukup untuk memahami isi buku. Memahami isi buku secara efektif membutuhkan teknik tertentu. Seperti apa tekniknya?

Aktivis di Yayasan Anak Indonesia Suka Baca, Linda Saptadji mengatakan, mulainya memahami buku dengan melihat sudut pandang sang penulis.

"Selami buku dan lihatlah buku sesuai sudut pandang si penulis. Hal ini akan memudahkan pembaca dalam memahami buku tersebut," ujar Linda, di Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Linda mengatakan, untuk memperoleh manfaat secara maksimal dalam belajar, paradigma pembaca harus diubah. Linda menekankan kalimat, "Mmm...Menarik juga ya..." ketika mulai membaca buku. Kalimat tersebut akan menimbulkan penasaran dan perasaan ingin terus melahap habis buku yang dibaca.

Menurut Linda, memahami buku bisa dilakukan dengan mengakrabkan pikiran bawah sadar pada buku tersebut. Mengakrabkannya bisa dengan mencari gambaran buku atau berdialog dengan melakukan tanya jawab dengan buku tersebut.

Linda melanjutkan, posisi duduk juga memengaruhi daya pikir untuk menyerap isi bacaan. Posisi yang efektif adalah dengan berbadan tegak membentuk sudut 90 derajat dan tangan diatas paha. Posisi ini sangat baik untuk mengakses gelombang alfa. Gelombang paling baik untuk menyerap pelajaran.

Tom Barwood dalam buku "Strategi Belajar" mengungkapkan, secara alamiah manusia tertarik dan mengingat isi buku yang menonjol, lucu, berdekatan dengan sifat pribadi, emosional, berkaitan dengan indera dan seks, serta hal pertama dan yterakhir yang dipelajari (dalam sesi pelajaran). Sifat alamiah inilah yang mengapresiasikan diri untuk mudah memahami buku bacaan.

(sumber: http://edukasi.kompas.com/)

6 Strategi Mendidik Anak Terbiasa Rapi

Anda harus terlebih dulu memberi contoh bagaimana cara merapikan dan mengatur barang-barang.
KOMPAS.com - Anak yang pintar membereskan mainan setelah selesai bermain, menaruh barang-barang pada tempatnya, dan mau membersihkan kamarnya sendiri, tidak bisa didapatkan hanya dalam satu-dua hari. Tidak juga dengan cara membujuknya dengan imbalan atau dengan cara mengancam. Menurut ahli, Anda perlu mengajarkannya sejak usia dini.
"Mulailah mengajarkan anak pentingnya merapikan barang-barang sejak awal, sehingga lama-lama mereka akan terbiasa," kata Dr Donna Thomas-Rodgers, seorang penulis dan leadership coach. Berikut adalah konsep dasar seputar kerapian yang perlu mereka kuasai:

1. Rapikan setelah selesai
Ajarkan pada anak untuk membiasakan diri mengembalikan mainan pada tempatnya setelah selesai bermain. Atau, memasukkan pakaian ke keranjang baju kotor setelah dipakai. "Anda juga bisa mengajarkan mereka untuk mengembalikan satu mainan ke tempatnya, sebelum ia mengambil mainan lainnya," kata professional organizer Sarah Giller Nelson. "Dengan demikian, anak akan mengetahui bahwa setiap benda itu ada tempat penyimpanannya."

2. Siapkan penyimpanan
Langkah selanjutnya adalah menempatkan wadah di setiap kamar untuk dijadikan tempat menaruh barang-barang anak. "Bentuknya bisa berupa kontainer atau keranjang. Tempelkan label untuk setiap wadah agar anak terbiasa menaruh benda pada tempat yang tepat. Atau, gunakan label berbentuk gambar bila anak Anda masih belum bisa membaca," kata Marie Stegner, consumer health advocate dari Maid Brigade.

3. Berikan contoh
Anak-anak belajar dengan cara meniru orangtuanya. Itu berarti, Anda harus terlebih dulu memberi contoh bagaimana cara merapikan dan mengatur barang-barang. Anda bisa memulai dengan cara mengajak mereka bersama membereskan barang belanjaan, melipat baju, atau memunguti mainan yang masih tergeletak di lantai. Sedikit demi sedikit, berikan tanggung jawab lebih pada mereka, sehingga pada akhirnya mereka akan terbiasa membereskan barang-barangnya sendiri.

4. Buatlah kalender
Mengajarkan anak-anak pentingnya merawat diri sendiri adalah bagian yang penting dalam usaha untuk menjadikan anak terbiasa rapi. Mereka perlu diajarkan bagaimana cara mencuci tangan dan wajah, menggosok gigi, dan menyisir rambut. Agar kebiasaan ini bisa terwujud, Candi Wingate, Presiden dari Nannies4Hire, merekomendasikan orangtua untuk memiliki semacam kalender.
"Tempelkan di dinding dan tandailah hari-hari ketika anak berhasil merawat dirinya secara menyeluruh. Berikan hadiah bila mereka sudah berhasil melalui fase tertentu, misalnya dalam jangka waktu satu bulan," kata Wingate. Hadiah itu bisa berupa stiker atau aksesori rambut untuk anak perempuan.

5. Ajarkan anak konsekuensi hidup tidak rapi
Terkadang, anak akan lebih cepat belajar dari pengalaman mereka sendiri. Anda dapat menyiasatinya dengan menetapkan aturan untuk seisi rumah, namun melimpahkan tanggung jawab atas kamar tidur pada setiap anak. Tidak perlu bertindak apa pun jika anak tidak ingin membereskan mainan di kamarnya, karena nantinya mereka akan mengalami sendiri betapa tidak nyamannya tidur di kamar yang berantakan.
"Yang perlu dipahami, anak-anak itu selalu punya kecenderungan untuk tidak rapi. Orangtua harus membiarkan mereka melakukannya. Yang penting, mereka mau membereskan semuanya setelah selesai," kata Stegner.

(sumber: http://female.kompas.com/)